Mengapa Laut Berwarna Biru, Ini Jawabannya!


Ilustrasi (mhg)

Jika ada yang bertanya, apa warna laut? Maka tentunya kita akan menjawab : ‘biru’. Jawaban ini tentunya benar, melihat warna laut didominasi oleh biru. Tetapi jika airnya sangat dalam sehingga tidak ada pantulan didasar laut, air tersebut tampak seperti biru tua yang sangat gelap. Lalu, tahukah anda mengapa laut didominasi oleh warna biru?

Dikutip dari berbagai sumber, lautan didominasi warna biru karena air laut menyerap warna di bagian merah spektrum cahaya. Seperti filter yang meninggalkan warna di bagian biru spektrum cahaya. Sebagaimana dilansir dari Ocean Service, laut juga dapat berubah menjadi hijau, merah, atau warna lainnya saat cahaya memantul dari sedimen dan partikel yang mengapung di air.

Sebagaimana dikutip pada laman resmi NASA, menjelaskan bahwa di air, warna merah lebih kuat diserap, sementara warna biru lemah, sehingga cahaya merah diserap dengan cepat di lautan dan menyisakan warna biru. Hampir semua cahaya sinar Matahari yang masuk ke laut terserap. Panjang gelombang warna merah, kuning, dan hijau sinar matahari diserap oleh molekul air di lautan.

Ketika sinar Matahari menyinari lautan, sebagian cahaya dipantulkan kembali secara langsung tetapi sebagian besar menembus permukaan laut dan berinteraksi dengan molekul air yang ditemuinya. Panjang gelombang cahaya merah, oranye, kuning, dan hijau diserap sehingga sisa cahaya yang kita lihat terdiri dari biru dan violet dengan panjang gelombang yang lebih pendek. Di daerah pesisir, limpasan dari sungai, resuspensi pasir dan lumpur, gelombang dan badai serta sejumlah zat lainnya dapat mengubah warna perairan dekat pantai.

Dalam laman The Conversation Indonesia, Justin Peter yang merupakan seorang ilmuwan cuaca dari Australian Bureau of Meteorology menjelaskan bahwa secara  Fisika, terdapat beberapa fakta menarik tentang cahaya. Cahaya yang kita lihat merupakan cahaya putih yang terdiri dari partikel sangat kecil yang disebut foton. Saking kecilnya, ukurannya lebih kecil dari atom. Partikel ini terbilang aneh dikareanakan saat kita mengukurnya, bentuknya terlihat seperti bola kecil dan terkadang seperti gelombang.

Foton sendiri yang membuat cahaya putih dengan panjang gelombang yang berbeda. Semuanya membentuk warna pelangi. Foton dengan panjang gelombang terpendek merupakan warna biru. Sedangkan, foton dengan panjang gelombang terpanjang, berwarna merah.

Lalu, bagaimana air laut itu kemudian berwarna biru? Justin Peter mengatakan bahwa air laut tidaklah murni. Maksudnya, air laut memiliki banyak hal yang larut di dalamnya, seperti garam atau potongan makhluk hidup yang telah mati. Partikel-partikel itulah yang memantulkan sebagian cahayanya sebelum sempat mengamburkan warna yang benar-benar biru.

Cahaya yang terhambur dari laut baisanya berwarna biru kehijauan. Selain itu, langit juga berperan terhadap warna laut menurut Peter. Dikarenakan, biru langit dan laut memantulkan sebagian dari cahayanya.

Bicara tentang partikel yang mempengaruhi warna biru laut, beberapa jenis partikel seperti sel fitoplankton atau alga juga dapat mengandung zat yang menyerap panjang gelombang cahaya tertentu. Zat penyerap cahaya terpenting di lautan adalah klorofil yang digunakan fitoplankton untuk menghasilkan karbon melalui fotosintesis. Pasalnya, pigmen hijau ini secara istimewa menyerap bagian merah dan biru dari spektrum cahaya (untuk fotosintesis) dan memantulkan cahaya hijau.

Sehingga, lautan di atas wilayah dengan konsentrasi fitoplankton yang tinggi akan tampak dalam corak-corak tertentu dari biru-hijau hingga hijau, bergantung pada jenis dan kepadatan populasi fitoplankton di sana. Prinsip dasar di balik penginderaan jauh warna lautan adalah semakin banyak fitoplankton di dalam air maka akan semakin hijau dan semakin sedikit fitoplankton, semakin biru warnanya. Ada zat lain yang mungkin ditemukan terlarut dalam air yang juga dapat menyerap cahaya karena zat ini biasanya terdiri dari karbon organik, para peneliti umumnya menyebut zat ini sebagai bahan organik terlarut berwarna, disingkat CDOM (Colored Dissolved Organic Matter).

Studi tentang warna laut membantu para ilmuwan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang fitoplankton dan dampaknya terhadap sistem Bumi. Organisme kecil ini dapat memengaruhi sistem dalam skala yang sangat besar seperti perubahan iklim. Fitoplankton menggunakan karbon dioksida untuk fotosintesis dan pada gilirannya menyediakan hampir setengah dari oksigen yang kita hirup.

Semakin besar populasi fitoplankton dunia, semakin banyak karbon dioksida yang ditarik dari atmosfer. Para ilmuwan telah menemukan bahwa populasi fitoplankton tertentu dapat menggandakan jumlahnya sekitar sekali sehari. Dengan kata lain, fitoplankton merespon dengan sangat cepat terhadap perubahan lingkungannya.

Memahami dan memantau fitoplankton dapat membantu para ilmuwan mempelajari dan memprediksi perubahan lingkungan. Karena fitoplankton bergantung pada sinar matahari, air, dan nutrisi untuk bertahan hidup, variasi fisik atau kimiawi dalam salah satu bahan ini dari waktu ke waktu untuk wilayah tertentu akan mempengaruhi konsentrasi fitoplankton. Populasi fitoplankton tumbuh atau berkurang dengan cepat sebagai respons terhadap perubahan lingkungannya. Perubahan tren populasi fitoplankton tertentu, seperti kepadatan, distribusi, dan laju pertumbuhan atau penurunan populasi, akan mengingatkan para ilmuwan Bumi bahwa kondisi lingkungan sedang berubah. (*)

0 Komentar

Type above and press Enter to search.