Catatan Rindu Untuk 'Ling'.
“Hai Ling, lama tak berbagi kabar. Aku baru saja mengirimimu pesan, entahkah akun medsos-mu itu masih aktif. Semoga kamu membacanya.” Di riwayat pesanku, terakhir kita berbagi pesan sejak empat tahun lalu, setelah berpisah di Jakarta tahun 2012. Terakhir sempat mengirimiku pesan ucapan selamat atas kelulusanku. Juga kau mengatakan bahwa kau masih jadi guru di sebuah sekolah menengah pertama. Saya juga heran, bagaimana kau bisa mengajar disana dengan latar belakang displin ilmu yang selama ini kita emban. Aku hanya berharap baik saja. Malam ini aku melihat akunmu dengan foto profil berpakaian adat daerahmu, Aesan Paksangko yang penuh dengan simbol keagungannya. Mungkin kau sudah menikah atau bagaimana, jujur, malam ini aku rindu dengan kau dan kalian semua.
Aku dulunya sempat membuat janji padamu, juga pada Suca. Bahwa, bersama Ariang dan 'bero' lainnya akan ke Palembang. Istilah 'bero' ini adalah plesetan kita untuk panggilan 'bro' atau 'sis' yang sedang trend pada saat itu. Apakah kalian merindukan kami juga? Aku tak tahu. Tapi aku mengerti, di posisi kita saat ini, degan berbagai tanggung jawab, tugas, pekerjaan dan lainnya, menenggelamkan kita pada kesibukan-kesibukan yang membuat lumpuh ingatan akan satu dengan lainnya. Ditambah lagi, mungkin, ada kehadiran orang lain yang lebih menuntut rindu kita. Tapi kita adalah tetap sahabat.
Aku terkenang, dalam perjuanganku menyelesaikan penelitian skripisi, aku selalu berbagi kabar denganmu. Aku diingatkan kembali malam ini tentang perjuangan saat itu. Kalian menjadi tempatku bercerita, entah kalian mendengarnya, aku tak peduli. Aku hanya mau berkisah saat itu untuk setiap hal yang sedang kugumuli. Rekan seangkatanku di kampus yang lebih duluan kelar studinya, meninggalkanku satu-persatu ketika lulus sidang meja hijau. Di saat itu, lewat pesan-pesan singkat, aku selalu menghubungimu, menanyaimu, mengabarimu, juga kepada yang lainnya. Dan kalian selalu hadir menjawabku.
Ling, Oktober 2019 lalu aku baru balik dari Sukabumi. Ada penugasan pekerjaan disana. Sembari bertugas, aku bernostalgia disana. Aku menelusuri setiap jalan dan jejak yang dulu kita ramaikan. Meresapi alamnya yang dingin, meski tak sedingin dulu. Ada banyak hal yang berubah. Tapi keramahan dan kebaikan hati masih tetap ada, masih tetap hadir, masih tetap utuh. Tahu Ling, Selama disana aku sangat merindukan kalian. Ketika rindu itu hadir, aku menjadi kesepian.
Apapun kita saat ini dalam keadaanya, aku akan mendoakan kalian. Aku harap kalian juga demikian. Semoga kita semua sehat dan tetap dalam lindungan Sang Khalik. Tak ada alasan apapun bagi kita untuk berhenti mengabdi. Tri Dharma harus tetap kita junjung tinggi. Karena layaknya kita bukan seberapa harta yang kita punya, tapi biarpun kecil dan sederhana, seberapa kita bermanfaat untuk orang di sekitar kita. Aku merindukanmu, aku merindukan kalian. (*)
0 Komentar